Kamis, 15 November 2012

“AKEROLUH” SEMANGAT DENGAN ILMU


“AKEROLUH” SEMANGAT DENGAN ILMU
(Profesionalisme komunitas, menghasilkan karya berkwalitas)

Sepak terjang sekelompok mahasiswa ini memang tidak begitu nampak. Tetapi, ketika kita cermati lebih jauh, maka kita akan menemukan metode unik untuk berkarya yang digagas oleh para mahasiswa KPI yang tergabung dalam kelompok ini. Ya,  itulah sebuah kelompok yang boleh dibilang geng atau organisasi yang tidak resmi, karena kelompok ini berawal dari perkumpulan iseng sehari-hari yang berbuah menjadi ide positif untuk pengembangan diri, kelompok mahasiswa ini diberi nama Akeroluh (Anak KPI E Rongewu Sepuluh) terdiri dari 25 orang mahasiswa muda KPI angkatan 2010.
Sebagian orang berfikir bahwa organisasi ini tidak begitu penting, tetapi disisi lain organisasi ini mempunyai peran penting dalam memajukan dunia Broadcasting dan Jurnalistik dengan sebagian karya yang mereka buat dan pengetahuan tentang Broadcasting yang mereka miliki. Terbukti mereka tidak pernah absen dalam mengikuti ajang atau festival filmaker dan Broadcasting lainnya.
Organisasi yang diprakarsai 25 mahasiswa KPI ini resmi dibentuk pada tanggal 18 Februari 2010, dengan tujuan mengasah dan mengembangkan potensi pada dunia Broadcasting dan Jurnalistik sebagaimana dituturkan oleh ketua Akeroluh. “Pengetahuan dan ilmu yang luas itu tidak cukup hanya teori yang disampaikan dosen, tetapi kita bisa mencari diluar kampus secara autodidak, maka dengan cara itu kita bisa menjadi mahasiswa kreatif dan inovatif.” Ujar Imam Syafi’i saat di wawancarai di Fakultas Dakwah.

Komunitas ini memang tampak berbeda dengan kebanyakan geng atau kelompok mahasiswa pada umumnya. Selain untuk melatih kreativitas, komunitas ini juga difungsingkan sebagai wadah yang mengedepankan nilai persahabatan dan menjadi modal utama mereka untuk bisa kompak dan sukses menciptakan karya-karya yang cukup baik, hal ini pun sesuai dengan apa yang dikatakan ketua bidang kreatif. “Hal utama dalam mencapai hasil yang baik itu adalah dengan kerja cerdas, yakni dengan menjaga kekompakan dalam mencapai tujuan komunitas.” Ujar Syamsu Dhuha F.R.
Maka tidak aneh kalau kelompok mahasiswa ini masih eksis sampai saat ini. Diantara karya–karya yang sudah diproduksi oleh kelompok ini diantaranya film indie yang bertema spirit yaitu film “Tanpa Titik” dan film yang bertema pengorbanan “Batas Waktu”. Disamping itu ada karya Iklan Layanan Masyarakat (ILM), dan desain-desain poster iklan lainnya.
Tidak hanya itu, hampir semua anggota dari kelompok ini pun banyak mempunyai prestasi yang membanggakan baik dibidang akademik, atau pun non akademik. Seperti halnya Imam Syafi’i sebagai ketua Akeroluh yang paling banyak menghasilkan prestasi. pernah mendapat juara pidato Bahasa Arab, penulis artikel di media lokal, dan karya novel “Santri Legiun” sebagai novel perdananya. Selain itu ada Rizal Mahri yang  tidak pernah absen menyabet juara lomba karya ilmiah yang diadakan di Yogyakarta. Fani Maulana sebagai presenter terbaik Suka TV dan penyanyi solo terbaik festival musik kampus. Syahrudin Muhammad dan Syamsyu Dhuha F.R sebagai kameramen terbaik UIN Today Awward. Harlina Raichan sebagai model cantik multi talent. Laily Maulida dan Mustolikh sebagai penulis artikel Bahasa Inggris terbaik UIN Suka.
 Nurfaizah peraih juara pidato Bahasa Arab UIN Suka. Tiya Wijaya dan Rini Ardiani sebagai editor terbaik festifal film JCM 2011. Binty Munawarah sebagai juara harapan pada event karate antar fakultas. Heru Cahyono yang banyak meraih penghargaan di bidang fotograpi sekaligus mendapat juara pertama dalam lomba Cityzen Journalism SCTV bersama Immatushulifah yang juga sebagai penyiar radio. Dan tentu saja ada M. S Rifki yang pernah menyabet lomba penulisan artikel Bahasa Arab dan lomba desain grafis
Sesuai cita-cita semua anggota, kedepannya Akeroluh diharapkan bisa berevolusi dan bertransformasi menjadi sebuah lembaga besar serta mempunyai rumah produksi mandiri yang sudah sejak dini mereka namai “Akeroluh Production”. Dengan begitu setidaknya harapan bangsa akan para mahasiswa sebagai generasi yang profesional bisa tumbuh dari sini.
Hal inilah yang semestinya menjadi spirit baru bagi mahasiswa–mahasiswi KPI, bahwa berkarya tidak harus dengan dana dan tenaga yang sangat besar, tetapi cukup dengan memanfaatkan sekecil apapun potensi yang ada dalam diri kita  sehingga potensi tersebut bisa berkembang dan menghasilkan karya yang luar biasa.
Dari sini kita bisa mengambil hikmah bahwa semangat yang baik adalah semangat dengan ilmu yakni semangat yang tidak kebablasan, sehingga kita bisa tetap berkarya dengan jalan yang baik dan dampaknya bisa terasa oleh semua manusia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar