“AKEROLUH”
SEMANGAT DENGAN ILMU
(Profesionalisme
komunitas, menghasilkan karya berkwalitas)
Sepak terjang sekelompok mahasiswa ini
memang tidak begitu nampak. Tetapi, ketika kita cermati lebih jauh, maka kita
akan menemukan metode unik untuk berkarya yang digagas oleh para mahasiswa KPI
yang tergabung dalam kelompok ini. Ya,
itulah sebuah kelompok yang boleh dibilang geng atau organisasi yang
tidak resmi, karena kelompok ini berawal dari perkumpulan iseng sehari-hari
yang berbuah menjadi ide positif untuk pengembangan diri, kelompok mahasiswa
ini diberi nama Akeroluh (Anak KPI E Rongewu
Sepuluh) terdiri dari 25 orang mahasiswa muda KPI angkatan 2010.
Sebagian orang berfikir bahwa organisasi
ini tidak begitu penting, tetapi disisi lain organisasi ini mempunyai peran
penting dalam memajukan dunia Broadcasting dan Jurnalistik dengan sebagian
karya yang mereka buat dan pengetahuan tentang Broadcasting yang mereka miliki.
Terbukti mereka tidak pernah absen dalam mengikuti ajang atau festival filmaker
dan Broadcasting lainnya.
Organisasi yang diprakarsai 25 mahasiswa
KPI ini resmi dibentuk pada tanggal 18 Februari 2010, dengan tujuan mengasah
dan mengembangkan potensi pada dunia Broadcasting dan Jurnalistik sebagaimana
dituturkan oleh ketua Akeroluh. “Pengetahuan
dan ilmu yang luas itu tidak cukup hanya teori yang disampaikan dosen, tetapi
kita bisa mencari diluar kampus secara autodidak, maka dengan cara itu kita
bisa menjadi mahasiswa kreatif dan inovatif.” Ujar Imam Syafi’i saat di
wawancarai di Fakultas Dakwah.
Komunitas ini memang tampak berbeda
dengan kebanyakan geng atau kelompok mahasiswa pada umumnya. Selain untuk
melatih kreativitas, komunitas ini juga difungsingkan sebagai wadah yang mengedepankan
nilai persahabatan dan menjadi modal utama mereka untuk bisa kompak dan sukses
menciptakan karya-karya yang cukup baik, hal ini pun sesuai dengan apa yang
dikatakan ketua bidang kreatif. “Hal utama dalam mencapai hasil yang baik itu
adalah dengan kerja cerdas, yakni dengan menjaga kekompakan dalam mencapai
tujuan komunitas.” Ujar Syamsu Dhuha F.R.
Maka tidak aneh kalau kelompok mahasiswa
ini masih eksis sampai saat ini. Diantara karya–karya yang sudah diproduksi
oleh kelompok ini diantaranya film indie yang bertema spirit yaitu film “Tanpa
Titik” dan film yang bertema pengorbanan “Batas Waktu”. Disamping itu ada karya
Iklan Layanan Masyarakat (ILM), dan desain-desain poster iklan lainnya.
Tidak hanya itu, hampir semua anggota
dari kelompok ini pun banyak mempunyai prestasi yang membanggakan baik dibidang
akademik, atau pun non akademik. Seperti halnya Imam Syafi’i sebagai ketua Akeroluh yang paling banyak menghasilkan
prestasi. pernah mendapat juara pidato Bahasa Arab, penulis artikel di media
lokal, dan karya novel “Santri Legiun” sebagai novel perdananya. Selain itu ada
Rizal Mahri yang tidak pernah absen
menyabet juara lomba karya ilmiah yang diadakan di Yogyakarta. Fani Maulana sebagai
presenter terbaik Suka TV dan penyanyi solo terbaik festival musik kampus. Syahrudin
Muhammad dan Syamsyu Dhuha F.R sebagai kameramen terbaik UIN Today Awward.
Harlina Raichan sebagai model cantik multi talent. Laily Maulida dan Mustolikh sebagai
penulis artikel Bahasa Inggris terbaik UIN Suka.
Nurfaizah
peraih juara pidato Bahasa Arab UIN Suka. Tiya Wijaya dan Rini Ardiani sebagai
editor terbaik festifal film JCM 2011. Binty Munawarah sebagai juara harapan pada
event karate antar fakultas. Heru Cahyono yang banyak meraih penghargaan di bidang
fotograpi sekaligus mendapat juara pertama dalam lomba Cityzen Journalism SCTV
bersama Immatushulifah yang juga sebagai penyiar radio. Dan tentu saja ada M. S
Rifki yang pernah menyabet lomba penulisan artikel Bahasa Arab dan lomba desain
grafis
Sesuai cita-cita semua anggota,
kedepannya Akeroluh diharapkan bisa
berevolusi dan bertransformasi menjadi sebuah lembaga besar serta mempunyai
rumah produksi mandiri yang sudah sejak dini mereka namai “Akeroluh
Production”. Dengan begitu setidaknya harapan bangsa akan para mahasiswa
sebagai generasi yang profesional bisa tumbuh dari sini.
Hal inilah yang semestinya menjadi
spirit baru bagi mahasiswa–mahasiswi KPI, bahwa berkarya tidak harus dengan
dana dan tenaga yang sangat besar, tetapi cukup dengan memanfaatkan sekecil
apapun potensi yang ada dalam diri kita
sehingga potensi tersebut bisa berkembang dan menghasilkan karya yang
luar biasa.
Dari sini kita bisa mengambil hikmah
bahwa semangat yang baik adalah semangat dengan ilmu yakni semangat yang tidak
kebablasan, sehingga kita bisa tetap berkarya dengan jalan yang baik dan
dampaknya bisa terasa oleh semua manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar